Rabu, 27 Februari 2019

jurnal praktikum 2 Kalibrasi dan Penemtuan titik leleh


JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I






DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs. Syamsulrizal. M. Si


                              SRI LESTARI                                              
                                            (A1C117041)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




PERCOBAAN II

                         I.            Judul               :  KALIBRASI TERMOMETER  DAN PENENTUAN                                                     TITIK LELEH
                     II.            Hari/tanggal    : Kamis/28 febuari 2019
                     III.            Tujuan             : adapun tujuan praktikum yaitu:
   1. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasalam penentuan titik leleh          senyawa murni
  2. Dapat melakukan kalibrasi  thermometer sebelum  digunakan untuk   penentuan titik leleh suatu senyawa murni
  3. Dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni
 4. Dapat melakukan penentuan titik leleh suatu senyawa murni yang diberikan sebagai sempel.


                               IV. Landasan teori

Zat padat memiliki molekul-molekul yang berada dalam bentuk kisi-kisi  yang teratur  serta diikat oleh gaya-gaya jatuh kebumi atau disebut dengan gravitasi dan elektrostatik. Jika zat dipanaskan, energy kinetic dan molekul-molekul  akan naik, sehinga molekul bergetar  dan ikatan-ikatan tadi terputus dan zat padat akan meleeh dengan suhu tertentu.
Titik leleh senyawa murni yaitu jika fasa padat dan fasa cair berada pada suhu seimbang yaitu 1 atm.  Kalor digunakan untuk transisi dari dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, hingga semua berbentuk cair. Memerlukan waktu dan sedikit  perubahan suhu ketika dalam proses pelelehan pada kesetimbangan atau reversible. Semakin murni senyawa tersebut, trayek atau range suhu lelehnya semakin kecil, biasanya tidak lebih dari 1o. terdapatnya zat asing dalam  suatu kisi dapat menggagu struktur kristal seluruhnya, serta mendapat ikata-ikatan di dalamnya. Sehingga mengakibatkan titik leleh suatu senyawa (tidak murni) ini akan lebih rendah dari senyawa murninya dan yang paling penting adalah trayek lelehnya semakin luas.
Titik leleh suatu senyawa murni dapat ditentukan dengan cara pengamatan trayek lelehnya, ketika mulai terjadi pelelehan (sedikit), trasisi padat cair, sampai selurnya kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal (yang sudah ditumbuk halus) yang ditarok di ujung bawah gelas kapiler, kemudian dipanaskan secara meratadan pelelehan disekitar kapiler ini. Dan dilakukan pengukuran suhu tersebut harus pada tempat suatu  zat tersebut meleleh. Peralatan yang digunakan untuk mengukur titik leleh berdasarkan besarnya titik leleh atau interval leleh zat padat. Untuk titik leleh 25-180 0c dapat mengunakan alat yaitu alat Thiele dan pemanas menggunakan minyak farafin atau oli. Titik leleh 25-300  0c mengunakan alat Thomas-Hoover dan menggunakan silicon air sebagai pemanas. Titik leleh 25-400 menggunakan Mel-Temp menggunakan melting Block. Dan titik leleh 25-300  0c menggunakan alat Fishher-johns menggunakan heating-Block (elektrik) serta  penyimpanan zat menggunakan kaca objek. Alat yang banyak digunakan dalam laboratorium yaitu Thile dan melting block yang pemanasanya menggunakan bunsen kecil.
Jadi, untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, maka sebelum melakukan pengukuran thermometer terlebih dahulu harus dikalibrasi. Kalibrasi perlu dilakukan untuk menguji atau menera kemampuan unjuk thermometer tersebut, yang digunakan untuk mengukur batas bawah dan atas skala thermometer. Termometr batas skala bawah biasanya digunakan untuk mengukur, misalnya campuran bubuk es dan air sedakan skala atas,misalnya untuk menguji dengan pengukuran air mendidih ( penuntun kimia organic 1, 2016).
Thermometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu pada kondisi dinggin, biasa serta panas berbagai objek baik dalam bentuk gas, padat dan uap dibutukan ketelitian untuk ketetapan pengukuranya sebelum digunakan untuk menentukan derajat dingin. Informasi yang berikan oleh suatu thermometer mengenai ketetapan dan ketelitianpengkuran suhu sannagt berpengaruh terhadap tindakan seorang pratikan untuk melakukan tindakan saat melakukan kerja di lab  berikutnya, misalnya penentuan titik leleh suatu zat padat. Oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaima cara serta teknik yang digunakan agar thermometer yang kita pakai harus bener-bener akuarat atau teleti serta siap untuk digunakan, maka perlu diulakukan kalibrasi terlebih dahulu terhadap thermometer, juga harus mengetahui apakah thermometer tersebut masih bisa digunakan ataupu sudah tidak dapat untuk digunakan dan bagaimana cara menghindari kerusakan tersebut

Titik leleh suatu zat dapat mendeskripsikan suatu kondisi dimana zat tertentu mulai berubah fasa dari kondisi padat berubah menjadi gas. Untuk mengidentifikasi kemurnian zat dapat dilihat dari perbedaan suhu suatu zat dari mulai meleleh sebagian hingga seluruhnya. Selisi suhu juga mengambarkan kermurnian suatu, semakin kecil selisi suhunya maka kemurnian zat semakin tinggi dan sebaliknya. Misalnya dengan mencampurkan
(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/)
             
            Thermometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur suatu suhu, skala cecius dengan point 0 untuk titik beku dan 100 untuk titik didih merupakan skala yang banyak digunakan diseluruh dunia. Tahun 1974 ander celcius menerbitkan sebuah buku dengan judul “ penemuan skala temperature celcius “ yang isinya mengenai metode kalibrasi alat thermometer seperti berikut :
1.      Slider thermometer ditarok di air yang sedang mencair serta beri tanda point thermometer saat seluruh air menjadi cair, poin ini adalah point titiuk beku.
2.      Beri tanda pada poin pada thermometer saat seluruh air mendidih waktu dipanaskan.
3.      Bagi dua poin diatas tadi menjadi seratus bagian yang sama (bethax, 2014)


  
Menurut mukarimah (2013) adapun kalibrasi dipengaruhi oleh berapa
Diantaranya:
1.      Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang akurat, kareana apabila prosedur yang kita lakukan salah maka akan menghasilkan hasil yang kurang benardan tidak dapat dipercaya
2.      Kalibrator
Kalibrator harus setingkat lebih baik dari alat yang akan dikalibrasi
3.      Tenaga pengkalibrasi
Tenaga juga mempengaruhi prose kalibrasi, karena tenanga kalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang dimiliki
4.      Priode kalibrasi
Merupakan selisih waktu antara satu kalibrasi dengan kalibrasi lainya.
       
       Titik leleh diartikan sebagai temperature yang mana zat padat dapat mengalami perubahan menjadi cairan pada tekanan atmofer. Dengan perubahan tekana, titik leleh suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti, oleh sebab itu, tekana tidak dilaporkan pada penentuan titik lelehkecuali pada tekanan normal yang terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organic mudah diamati sebagai temperature dimana zat telah meleleh (oxtoby, 2005)

            Suhu merupakan suatu ukuran derajat panas yang dapat diukur dengan alat ukur yang disebut thermometer. Suhu dapat memberitahukan derajat panas suatu benda, dimana semakin tinggi suhu suatu benda maka akan semakin panas pula benda tersebut. Ada beberapa skala pada thermometer yang digunakan diataranya sebagai berikut : celcius, reamur, Fahrenheit dan kelvin. Skala kelvi dan reamur memiliki titik tetapan bawah pada skala 00c dan 00R, sedangkan skala 370F ditetapkan untuk skala Fahrenheit. semua skala titik tetap bawah untuk masing-masing skala thermometer diambil dari titik beku air murni ( Sukarna, 2015)



                                   V.  Alat dan Bahan
5.1  Alat
         1.      Erlenmeyer
         2.      Thermometer
         3.      Gelas kapiler
         4.      Benang
         5.      Pemanasan
         6.      Gabus
         7.      Pipa kapiler
5.2. Bahan
        1.      Bubuk es
        2.      Aquades
        3.      Naftalen
        4.      Glukosa
        5.      Alfa-naftol
        6.      Asam benzoate
        7.      Minyak
        8.      Maltose
        9.      Asam oksalat


                               VI.         Prosedur Kerja
6.1.   Kalibrasi termometer
                        1.    Dibuat campuran bubuk es dan air dalam labu Erlenmeyer 250 ml                                  sehingga 2/5 volumenya terisi
2.      Dimasukan thermometer hingga ujungnya menyentuh campuran + air, sumbatlah mulut labu Erlenmeyer tersebut dengan gabus sehingga campuran tersebut terisolasi dari udara luar
3.      Dicatat batas bawah skala thermometer tersebut (0)
4.      Diangkat thermometer dan diulangi lagi prosedur 1-3 tersebut
5.  Dimasukan thermometer hingga tepat 1 cm di atas permukaan air, sumbat dan usahakan thermometer berada pada posisi tegas atau vertical
6.   Diletakan pemanasan dan dicatat suhu saat mulai mendidih dan suhu tidak naik-naik lagi (konstan)
7.     Diulangi prosedur 3-7 sekali lagi
6.2. Penentuan titik leleh
1.    Diambil pipa gelas kapiler, lalu dibakar unjung sehingga                  tertutup
2.    Dimasukan sampel zat murni atau campuran dari ujung lainya,  lalu dipadatkan dengan bantuan stick yang berlobang   tengahnya. Tinggi sampel dalam pipa kapiler tidak lebih dari 2 mm
3.    Diikat pipa kapiler dengan thermometer menggunakan benang
4.   Dimasukan alat tersebut kedalam Erlenmeyer yang telah diisi air atau minyak dengan mengisi 2/3 erlenmeyer dan sumbat dengan gabus mulut erlenmeyer
5.    Dipanaskan perangkat alat ini secara secara perlahan
6.    Dicatat suhu saat tepat zat meleleh hingga semua zat meleleh
7.    Dilakukan prosedur 1-5 sebanyak dua kali untuk tiap sampel yang diberikan. Sampel murni terdiri dari naftalen, glukosa, alpha-naftol, asam benzoate dan maltose
8.    Dilakukan cara yang sama tentukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1, 1:3, dan 3:1

9.    Digambar titik autentik yang dperoleh pada kertas millimeter block

6.3. Demontrasi titik leleh dengan MPA (melting Poin Apparatus)
              
                              1.       Ditempatkan sampel yang akan ditentukan titik lelehnya pada                             pipa  gelas  setebal lebih   kurang 2 mm
2.      Ditempatkan pipa kapiler dibagian atas
3.      Tedapat 3 lubang yang diameternya 3 mm
4.      Dimasukan sampel pada lubang 1
5.      Dimasukan pipa kapiler pada lubang 1 dan 2
6.    Dihubungkan alat dengan tombol listrik dan on kan dan diatur dengan tombol agar naik secara konstan dengan kecepatan tertentu
7.    Diamati dari lubang kecil pada alatDiperhatikan variable suhu saat zat mulai meleleh

   


lampiran vedio


   Pertanyaan :
   1.      Bagaimana cara memindahkan zat dari  ujung tertutup ke ujung terbuka pada pipa kapiler?
   2.      Bagaimana cara mengatur suhu pada percobaan dalam video?
   3.      Kapan titik leleh dapat didapatkan atau diketahui? 

Jumat, 22 Februari 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA PERCOBAAN 1 ANLISI KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT


JURNAL PRAKTIKUM 
KIMIA ORGANIK I










NAMA/NIM :
SRI LESTARI /A1C117041



DOSEN PENGAMPU :
1.      Dr.Drs. SYAMSURIZAL,M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

PERCOBAAN 1

   I.            Judul                    : ANALISIS KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT             

                                      ORGANIK DAN PENENTUAN KELAS KELARUTAN
II.            Hari/tanggal         : Sabtu /23 febuary 2019
III.            Tujuan                 : Adapun tujuan pratikum sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui dasar dalam analisis kualitatif dalam kimia organic
2.   Dapat mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur karbon, hydrogen, belerang, nitrogen, halogen, Dallam suatu senyawa organic dan penentuan kelas kelarutanya
3. Dapat melakukan percobaan beberapa senyawa unknown untuk dianalisis
                                                          
IV.            Landasan teori
Analisis organic kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organic yang tidak diketahui  (unknow). Keberhasilannya ditentukan oleh banyaknya factor yang berhubungan dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik. Kerja analisa dalam organic kualitatif terutama akan mencangkup bidang-bidang analisa unsur , klasifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya.
a          a.Analisa unsur
Tahap pertama analisa organic kualitatif adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hydrogen, halogen, belerang, dan fosfor. Karbon dan hydrogen ditentukan dengan memanaskan senyawa dengan tembanga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan CO2 yang menunjukan adanya karbon dan H2O yang menunjukan adanya hydrogen.adanya CO2 juga menujukan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan H2O akan terlihat berupa  uap / tetesan air dalam tabung reaksi.
Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen, dan belerang, ditentukan melalui cara leburan natrium. Senyawa organic yang mengandung  N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburanya dengan logam natrium, membentuk senyawa senyawa anorganik
 C, H, N, X, dan S      + Na ..............> NaCN, NaOH, Na2S, NaX
Larutan lassaigne
Berbentuk larutan yang jernih dengan selanjutnya dites dengan cara umum untuk: nitrogen (tes lassaigne), halogen (tes halide perak), belerang.
a           b. Tes kelarutan
    Setiap senyawa organic mempunyai sifat kelarutan yang khas yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutanya. Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia  maupun spectroskopi (penuntun pratikum kimia organic II,2019).
            Menurut noviarty dan yusuf (2000) bahan analisis untuk senyawa organic dapat dilakukan              dengan 2 macam cara yaitu :
1.      Pengukuranlangsung terhadap senyawa tanpa adanya pembentukan kompleks,kareana senyawa tersebut mempunyai fluorensi alamiah
2.      Pembentukan komplek dengan unsur-unsur atau ion-ion logam, karena senyawa tersebut mempunyai fluorensi yang lemah
Senyawa organic adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbidat, karbonat dan oksida karbon. Banyak senyawa organic seperti protein, lemak dan karbohidrat. Diatara beberapa golongan senyawa organic adalah senyawa alifatik (rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya), hidrokarbon aromatic (senyawa yang mengandung paling tidak satu cinci benzene, senyawa heterosiklik (yang mencakup atom-atom non karbon dan struktur cincinya), dan polimer (molekul rantai panjang berulang) (wawan, 2009)

Analisis kimia dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu analisis kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif. Analisis kimia kualitatif adalah analisis kimia untuk menentukan susunan dan komponen dari suatu bahan, seperti jenis-jenis unsur, ion (kation dan anion) radikal, gugus fungsi atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu sampel (underwood,2007).

Kimia organic didefinisikan sebagai senyawa karbon.definisi ini pun tak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon, seperti karbon dioksida, natrium karbonat, dan kalium sianida, diaggap sebagai anorganik, namun demikian ,definisi ini diterima, kareana senyawa organic mengandung karbon. Karbon hanya satu unsur diatara unsur dalam susanan berkala. Atom karbon dapat terikat secara kovalen dengan atom karbon lainnya dan terhadap unsur-unsur lainya menurut berbagai ragam cara menuju keberbagai macam senyawa dalam jumlah tak terhiga banyaknya (Fessenden,1989).
  
Kimia organic didefinisikan sebagai senyawa karbon.definisi ini pun tak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon, seperti karbon dioksida, natrium karbonat, dan kalium sianida, diaggap sebagai anorganik, namun demikian ,definisi ini diterima, kareana senyawa organic mengandung karbon. Karbon hanya satu unsur diatara unsur dalam susanan berkala. Atom karbon dapat terikat secara kovalen dengan atom karbon lainnya dan terhadap unsur-unsur lainya menurut berbagai ragam cara menuju keberbagai macam senyawa dalam jumlah tak terhiga banyaknya (Fessenden,1989).

Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/)
V.       ALAT DAN BAHAN
1              5.1  ALAT
1.      Tabung reaksi pyrex
2.      Pipa
3.      Cawan porselin
4.      Tabung pengalir gas
5.      Tabung reaksi
6.      Kawat tembaga
7.      Pipet tetes
8.      Gelas kimia

5.2 BAHAN 

1.      1-2 gram CUO
2.      10 ml larutan Ca(OH)2
3.      CCL4
4.      5-10 ml air suling
5.      Larutan HNO3
6.      Larutan AgNO3
7.      Larutan CaO
8.      Biji logam Na
9.      Cuplikan(halogen, S, N)
10.  Kertas saring
11.  Asam asetat
12.  Pb-asetat 10%
13.  Na-nitroprosida
14.  Larutan FeSO4
15.  Larutan Kf
16.  Larutan NaOH
17.  Larutan H2S04
18.  Larutan HNO3
19.  Zat padat
20.  Zat cair
21.  Eter
22.  NaHCO3
23.  HCL

VI.            PROSEDUR KERJA
6.1. ANALISIS UNSUR
6.1.1. karbon dan hydrogen
      1. dimasukan 1-2 gram serbuk CuO kes dalam cawan poselin
      2. dipanaskan beberapa saat diatas pemanas bunsen
      3. Dicampur gula kedalam serbuk CuO
      4. Dipindahkan kedalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi pipa
      5. Disusun pipa pengalir gas sehingga gas dapat mengallir masuk kedalam
         tabung bersisi Ca(OH)2
        6. dipanaskan campuran tersebut. Di amati yang terjadi.
6.1.2. Halogen
      6.1.2.1. Tes beiltein
      1. dipanaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan dan tidak ada
          nyala api
      2. Di dinginkan dan ditetesi dengan CCL4
      3. Dipanaskan kembali dan amati warna nyala yang ditujukan uap Cu-
            halida

6.1.2.2. Tes CaO
      1. dimasukan CaO kedalam tabung reaksi kemudian dipanaskan pada suhu
          tinggi
      2. dimasukan dua tetes CCL4 ketika CaO masih panas
            3. kemudian setelah dinggin, didihkan dengan air suling
4. Dimasukan kedalam gelas kimia dan larutan dalam HNO3 encer
      5. Disaring menggunakan kertas saring
      6. Ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3
6.1.3. Metode leburan dengan natrium
      1. Ditempatkan tabung reaksi kecil pada keeping asbes
      2. Dimasukan sebiji loga Na
      3. Dipanaskan hati-hati sampai meleleh dan uap Na dibawah tabung
      4. Ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S, N
          secepatnya
      5. Dimasukan sebutir jika zat padat dan beberapa tetes jika zat cair
      6. Dipijarkan kembali tabung sampai membara
      7. Dimasukan tabung kedalam gelas kimia yang berisi 15 ml air suling
8. Tabung akan pecah,sisah sedikit Na, bila reaksi sudah tenang,  hancurkan sisah tabung dalam
             9. Dididihkan diatas api, disaring dan larutan (lassaigne) digunakan untu   tes-tes sebagai     berikut:
                  a. Belerang
                  1. Diasamkan 3 ml larutan L dengan asam asetat kemudain didihka  
                  2. Diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basa yang  
                      Dengan pb-asetat 10%
                  3. Diamati apa yang terjadi
                  4. Ditetesi larutan Na-nitroprosida pada bagian larutan L lainya
                  5. Diamati warna larutan yang terjadi
                  b. Nitrogen
                  1. Dimasukan 5 tetes FeSO4 kedalam 3 ml larutan L
                  2. Diteteskan larutan FeCl3 dan 5 tetes KF 10%
                  3. Ditambahkan 1-2 ml larutan NaOH 10% samapi bersifat basa   lalu didihkan
4. Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer(jika     
    belerang ada)
 5. Diasamkan dengan laruta H2SO4 encer dan 1 tetes FeCL3 dengan     5 ml larutan L                   (jika belerang ada)
                  6. Ditandai dengan endapan biru berlin menandakan adanya N
                  c. Halogen
                  1. Diasamkan 3 ml larutan L kedalam HNO3 encer          
                  2. Didihkan dengan hati-hati sekitar 5-10 menit jika N dan S ada
                  3. Ditambahkan 5 ml larutan AgNo3 encer dan didihkan beberapa
                      menit
                  4.Diamati, edapan yang banyak mengandung endapan menandakan
                     Adanya halogen

6.2. PENENTUAN KELASA KELARUTAN
6.2.1. Kelarutan dalam air
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml air suling, dikocok kuat-kuat
      3. Dilakukan tes kelarutan dengan eter bila + ( larutan jerni dalam air)
      4. Dilakukan tes kelarutan dengan pelarut lainya bila – (larutan jerni tak
          dalam air)
6.2.2. Kelarutan dalam eter
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml pelarut eter, dikocok kuat-kuat
      3. larutan jernih berarti positif dan bila keruh berarti(-)
      6.2.3. Kelarutan dalam NaOH 5%
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml Naoh 5%, dikocok kuat-kuat
      3. bila larutan jernih berarti (+) dan keruh bearti(-)
      4. Jika ada keraguan disaring dan difitrat dinetralkan dengan asam HCl
            6. jika keruh berarti(+) dan harus dilanjukan dengan NaHCO3
6.2.4. Kelarutan dalam NaHCO3 5%
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3, dikocok kuat-kuat
      3. bila timbul gas CO2 berarti (+) dan bila tidak timbul gas berarti (-)
6.2.5. Kelarutan dalam HCL
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml larutan HCL 5%, dikocok kuat-kuat
      3. Diamati. Jika jernih berarti hasilnya(+)
      4. disaring campuaran tadi dan filtrate dengan larutan encer, bila larutan
           jadi keruh berarti (+) (kalau masih meragukan hasil)             
6.2.6. Kelarutan dalam H2SO4 peakat
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 peakat dikocok kuat-kuat
      3. Diamati. Jika jernih atau timbul warna, berarti (+) dan sebaliknya
6.2.7. Kelarutan dalam H3PO4 pekat
      1. Dimasukan kurang lebih 0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam
          Tabung reaksi
      2. Ditambahkan 3 ml larutan asam sulfat  pekat dikocok kuat-kuat
      3. Diamati. jika jernih berarti hasilnya (+)
      4. Dibuat tabel atau diagram  hasi pengamatan kelarutan dan diambil
          Kesimpulan

LINK VIDEO PERCOBAAN :


pertanyaan
1   1. apa yang terjadi ketika natrium nitroprusside dicampurkan dengan natrium sulfide pada deteksi            sulfur?
     2. Sebutkan apa saja yang digunakan untuk menganalisis belerang dalam video diatas?
3   3Bagaimana prisip/cara kerja yang dilakukan pada analisis sulfur?








Laporan Praktikum Kimor perc 9 "Keisomeran Geometri"

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I KEISOMERAN GEOMETRI                                                                 DISUSUS...